Orang-orang disekelilingku mulai ramai yang menanyakan nama. Entah tersebar khabar yang seperti apa. Sampai aku dibuat hairan. Kenapa sampai sejauh itu mereka ingin mengetahui. Padahal tidak ada apapun tentang perkara itu yang pernah aku ceritakan dengan mereka.
Di tempat lain, juga ada beberapa yang mulai bertanya tentang "siapa".
Dari yang sekadar berbisik, sampai yang bertanya terang-terangan. Meski pada akhirnya mereka semua memasang wajah kecewa. Kerana semua selalu aku jawab sama, "Belum ada".
Di laman sosial media dan beberapa group whatsaap, ternyata tidak banyak yang berbeza.
Aku hanya menanggapi semuanya sama seperti sebelum-sebelumnya.
Aku menyendiri sejenak, sedikit memikirkan kenapa sekelilingku boleh menjadi sebegitu riuh.
Sejauh yang aku ingat, tidak pernah aku menyebutkan namamu di sebarangan tempat. Sekalipun itu hanya dalam bualan ringan. Juga hampir tidak pernah ada nama, dan munculnya komenmu dari sekian banyak perkara yang aku pernah tuliskan. Meski aku tidak menampik, beberapa hal yang aku tuliskan memang masih tentang bagaimana aku melihatmu. Tapi sudah aku tata sedemikian rupa agar tidak ada yang mampu meneka. Bahkan teman-teman terdekatku sekalipun.
Aku rasa lebih baik seperti ini.
Kamu aman tersembunyi tanpa perlu ada seorang pun yang tahu, tanpa perlu aku panjang lebar mengarang cerita, tanpa perlu aku menjelaskan sekian puluh kali dari mana kisah kita dimulai. Sengaja namamu aku sembunyikan dalam-dalam, kerana aku mengerti kalau kamu akan merasa sangat tidak selesa jika nanti kamu menjadi bahan pembicaraan ramai orang.
Lebih baik seperti ini, tidak ada yang perlu tahu siapa namamu, panggilanmu, pendidikanmu, kegiatanmu dan hal-hal lain yang mungkin akan membuatmu tidak selesa jika tiba-tiba ramai orang lain datang dalam keseharianmu hanya untuk mencari tahu. Setidaknya untuk saat ini, sampai beberapa titik yang sudah ada dalam rencana. Sehingga kamu tidak perlu khawatir kalau tersembunyinya dirimu ini akan selamanya.
Alam semesta adalah tentang khabar. Khabar tentang datang dan pergi, suka dan duka, gembira dan peringatan. Tentang pergi adalah pulang. Semoga kelak ketika Allah memanggil kita pulang, kita pulang dalam keadaan terbaik, diwaktu terbaik, sebagaimana Allah memanggil orang-orang terbaikNya.
Semoga kelak aku dipertemukan dengan seseorang yang sama-sama lelah mencari, sama-sama ingin menetap, sama-sama mahu berjuang, sama-sama mahu bertahan pada satu pilihan dan sama-sama takut kehilangan.
Aku tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyakinkanmu mengenai perasaanku ini. Namun aku bisa saja memperjuangkannya jika kau bersedia membuka hatimu, menguatkanku, dan menemani aku melangkah.
Malam terasa sunyi. Untuk kita yang tidak punya tempat cerita.
Pada akhirnya, aku lebih memilih untuk diam dan tidak menceritakan kepada siapa-siapa.
Rasanya pasti tidak menyenangkan, kan?
Memendam semua perasaan itu seorang diri. Aku pernah mempunyai seorang teman. Katanya aku boleh menceritakan segala yang aku ingin ceritakan. Namun setelah aku ceritakan apa yang aku hadapi, aku luahkan apa yang aku lewati, mengadu keluh dan kesahku, segalanya berubah. Dia pergi meninggalkan aku.
Sejak dari saat itu, aku sedar bahawa manusia itu makhluk yang lemah. Lalu aku memutuskan untuk tidak lagi mencari telinga dari manusia. Manusia itu boleh berubah menjadi bosan. Bosan mendengar ceritaku. Bosan mendengar keluh kesahku. Tapi Tuhan itu tidak begitu.
Bukan bererti tuhan tidak sayang. Sebab sayang lah kau mengalami perkara ini lagi. Tuhan itu mahu kau lebih mendekat padaNya lagi.
Barangkali seperti itu lah cara Tuhan mencintai hambaNya. Seperti itu lah cara Tuhan melatih hambaNya agar menjadi manusia yang tegap dan kukuh. tetaplah berbaik sangka kepadaNya. Kerna walau apa pun yang terjadi, pasti ada hikmah yang tersembunyi.
Tidak sampai disini sahaja. Setelah ini, kau akan diuji oleh tulisanmu sendiri.
Maka dari itu, persiapkan diri.
Wahai aku.