Home Tutorial Hunwick?Profix
Tulis Dari Hati, Baru Dapat Menyentuh Hati

Thursday, December 14, 2023

Ubat



Setiap luka itu mencari karmanya yang tersendiri.
Entah hari ini atau nanti.
Entah cepat atau lambat.

Aku sudah berulang kali mencuba membuka dan mengubati hati, tetapi lupa adalah suatu perkara yang sukar untuk aku usahakan. Memandangmu, bertemu denganmu, berbicara denganmu seolah membiarkan rakaman lama terulang kembali lalu terbiasa dengan rasa sakitnya. 

Aku diam. Diam menjadi kalimat yang panjang namun tak pernah didengar oleh sesiapapun.
Diam menjadi titik terlelahku dalam percaya, membiarkanmu bersikap tanpa pernah ada teguran untuk membuatmu tetap lurus dalam jalannya. Jujur saja aku sudah tidak peduli.

Selalu ada tempat untuk hati yang tepat, namun hati itu hanya untuk singgah bukan untuk sungguh.
Kalau kau tak bersungguh, maka jangan singgah.

Demi tuhan rasa sakit yang amat dahsyat itu tidak datang dari musuh kau melainkan dari orang yang amat dekat dengan hati kau.

Aku masih meraba apakah erti hati yang luas yang dimiliki seseorang. Mungkin kamu menjadi salah satu guru dalam kehidupanku yang sedang mengajarkannya, tapi ternyata aku memerlukan waktu yang lama. 
Jangan membandingkan kerana setiap orang, memiliki waktu yang berbeza dalam mempelajarinya. 

Ketika nanti kau memberikan ruang untuk singgah dan mengizinkanku untuk menetap, aku akan menjadikan dirimu wanita terakhir di hidupku. Akan aku temani kau melangkah dan aku bersedia memapah saat langkah kakimu tersaruk-saruk menuju impian indah yang ingin kau wujudkan.




Aku tak pernah sedia untuk kehilangan sesuatu. Sampai tuhan yang membuat aku sedia untuk belajar merelakan apa yang tidak digariskan untuk diriku, untuk ceritaku, dan untuk sekeping dari besarnya doaku.

Dan tuhan membuat aku mempersiapkan doa-doa lain yang terdengar lebih indah.

Dulu, kamu ada seorang yang aku semogakan.
Dulu, namamu ada di antara bait-bait doa yang aku panjatkan.
Dulu, kamu selalu ada menerpa dalam fikiran aku sehari hari.

Mengharapkanmu menjadi semoga yang terus aku ulang dan ulang.

Tapi kini, tiada lagi harap itu.
Tiada lagi namamu dalam setiap ingin dan anganku.
Tiada lagi namamu di celah-celah doa yang ku pinta.

Ada tersisa semoga, yang masih aku panjatkan.
Namun bukan lagi semoga yang dulu, tapi semoga kebaikan atas jalan kita masing-masing.

Tuhan, aku pernah dipatahkan oleh seseorang yang sejatinya ingin aku jadikan teman hidup. 
Namun sekali lagi, pada siapa aku jatuh hati, takdir-Mu lah yang menentukan dengan siapa aku bersanding dipelaminan nanti. 
Aku punya harapan, namun lagi-lagi Kau yang menentukan. 

Maka sejak saat itu, perihal jodoh, hidup dan mati, aku pasrahkan segalanya kepada Engkau Sang Ilahi.




Jika nanti aku pergi, ketahuilah bahawa kamu pernah menjadi sosok yang ada dibalik setiap tulisan-tulisan yang pernah aku tuliskan.

Mereka adalah pengingat bahawa dalam hidup yang singkat ini, aku pernah mencintaimu begitu sangat.
Namun aku tidak akan pernah bisa melawan seorang yang jauh lebih berusia dan berpengalaman.
Aku tidak akan pernah menang melawan keraguan dan ketakutan dalam diriku.

Bagaimana seorang manusia yang baru setahun jagung mampu mengalahkan seorang yang bertahun lebih awal mengenal asam garam kehidupan?

Sungguh aku tidak dapat menyembuhkan luka ini sendirian.
Setiap kali aku harus menatapmu, setiap kali itu juga aku selalu teringat semua yang kau lakukan dengan sempurna. Sayang sekali bakat mahirmu itu kau gunakan untuk melukai diriku.

Aku tak pernah baik-baik saja. 
Sementara orang yang selama ini aku fikir baik telah pergi bersama orang yang lebih baik. Mungkin aku tidak lebih baik, tetapi aku akan selalu menjadi lebih baik dari diriku yang tak baik.

Kurasa kau juga harus memahami, bilapun juga aku boleh berhenti dan menutup hati. Menyerah kerana sudah kepalang lelah.

Sesekali, fikirkanlah perasaanku. Sesekali, selamilah aku dari hati.

Sesekali, aku ingin kau menjadi aku.

Wednesday, September 27, 2023

Dewasa

Dengarkan sayang lagu ini untukmu
Selalu terlintas rasa rindu padamu
Menunggu awan bawa rasaku
Gelap malam menjawabmu
Bintang temani mimpi hatiku



Apakah dewasa memang seperti ini? Tentang sepi yang menjadi wajar? Atau hanya tentang diri sendiri yang bisa dipercaya?

Aku tidak menyangka bahawa dewasa bisa sesepi ini. Banyak cerita yang harus disimpan. Banyak keluh kesah yang harus tertahan. Banyak perasaan yang terasa lebih baik jika dipendam. 

Meski aku tahu bahawa Tuhan selalu menemani, tapi rasanya, aku tetap memmerlukan seseorang yang boleh diajak berbicara, mendengarkan isi fikiran dan bertukar pendapat.

Dulu, aku pernah meminta agar debar itu disegerakan sirna. Tapi Tuhan memperlakukan aku seolah tidak pernah mendengar pinta itu.

Ia membiarkan debar itu semakin penuh pada ruang yang tidak begitu luas. Mempersilakan aku untuk jatuh cinta sejatuh yang aku bisa. Membiarkan aku bergembira pada khabar dan haluan yang aku buat. Hilang kendali, dibuat senang oleh prasangkaku sendiri.

Sampai suatu ketika, Tuhan mendatangkan kejadian untuk menyampaikan suatu pesan yang paling menyakitkan. Menguris habis hati yang penuh dengan harapan. Membakar bayangan yang menjadi memori paling bodoh untuk disimpan. Ketika itu, jatuh cinta menjadi bahagian terpahit bagi manusia yang dibunuh oleh prasangkanya sendiri.

Sampai disini aku faham, bahawa Tuhan selalu mempunyai cara terbaik untuk menjawab pinta seorang hamba-Nya. Tuhan tidak hanya menghilangkan debar itu saja, tapi membuatnya tidak akan kembali lagi.  Menginginkan agar debar itu tidak lagi punya kesempatan untuk dikenang kembali dengan perasaan senang. 

Menunggu rengkuh yang penuh, dari waktu ke waktu, dari rindu menuju rindu.
Menanti dekap yang hangat, dari masa ke masa, dari cinta menuju selamanya.

Berapa kali mengupayakan suatu hubungan, berapa kali juga ia begitu susah untuk dipertahankan. 

Yang lama seringnya mudah untuk kalah, dan yang baru terlalu mudah untuk menang. Betapa luar biasanya kita membangun dan mempertahankan suatu hubungan dengan manusia, sedangkan hubungan dengan pencipta, sering kita lalaikannya.

Apakah persahabatan ketika dewasa memang seperti ini: mempertahankan, takut ditinggalkan, lalu berujung sepi dan ramai hanya dalam pikiran.

Apakah aku sedih? Tentu saja. Impian itu sering kusebut dalam pinta. Semoga saja, ketika telah pantas impian itu bisa kuraih lagi dengan diri yang telah lebih siap. 

Kadang aku berpikir, bagaimana perasaanmu jika mengetahui bahwa aku adalah salah satu orang yang melangitkan pinta untuk segala pada hidupmu?

Segala doa telah pun kulangitkan. Kalaupun ia belum terwujudkan, mungkin rasa sabar masih harus terus dipanjangkan.

Aku memaafkan semuanya walaupun tidak ku tahu kesalahan mana yang harus aku maafkan. 

Kalau memang bukan dan tidak ada takdir-Mu di dalamnya, semoga aku dimampukan untuk memulai langkah baru dengan hati yang lebih lapang. Sebab jika memang begitu, bererti aku sedang meniti jalan yang membawa aku kepada ketetapan-Mu. 

Aku sepenuhnya yakin, bahawa apa yang telah terlakar tak akan mungkin tertukar. Aku mohon supaya tuntun aku, bagaimanapun akhirnya.




Rasa-rasanya setelah aku telaah kembali, kebelakangan ini tulisanku banyak yang mengutarakan perihal perasaan, galau, hati dan pasangan.

Teringat sebuah pesan yang mengatakan bahawa seseorang hamba akan diuji dengan apa yang paling ia inginkan. Mungkin itulah yang kini menjadi ujian.

Ya. Aku akui.
Soal jodoh dan pernikahanlah yang menjadi perkara yang aku sungguhkan.

Di setiap pinta yang melangit, terselit di celah-celah pinta itu tentangnya. Tentang dia yang masih rahsia. Sampai akhirnya tuhan benar-benar mengujiku dengan segala kegalauan dan kegelisahan. Penantian yang akhirnya membuat topik perbicaraanku tak jauh dari hal itu.

Salahkah aku?

Entahlah. Mungkin fikiranku masih terlalu mentah menilai ibadah hanya semata sempurna dengan menikah. Sampai akhirnya hanya itu yang sering berpinar di kepala. Menggalaukan dia, mencari-cari keberadaannya.

Padahal, masih banyak hal lain yang saat ini sepatutnya aku seriuskan. Berbakti kepada orang tua salah satunya.

Tuhan, tolong tuntun aku. Tuntun aku menapai jalan amalan terbaik menujuMu saat ini.

Saat hambamu ini masih sendiri.

Sunday, August 27, 2023

Jarak


Aku suka jarak kita yang seperti ini. Tidak begitu dekat, cenderung jauh. Tidak banyak kesempatan bertemu, tidak banyak juga kesempatan untuk berbicara asyik menghimpun rindu.

Tapi, hati mana yang mencintai tanpa rasa khuatir? Apalagi bagi mereka yang mencintai namun bersembunyi. Diam-diam memperhatikan, diam-diam berharap, diam-diam meminta. 

Jarak ini cenderung jauh, lalu bagaimana cara kita bertemu? 

Jarak ini cenderung jauh, lalu pada kesempatan mana kita bercengkerama lalu saling merasa bahawa apakah dia orangnya?

Jarak ini begitu jauh, lalu bagaimana mungkin kita akan merasa saling, sedang aku hanyalah manusia yang takut untuk memperlihatkan inginku? Kerana mencintai dalam diam saja sudah membuatku merasa susah untuk menutupinya.

Bagi seseorang yang mencintaimu ini meski khuatir, bukankah alam sudah menjawabnya dari kisah-kisah orang lain. Bahawa jarak tidak menjadi penghalang bagi mereka yang sudah dikehendaki untuk bersatu. 

Seberapapun jauhnya, ketidakmungkinan hanya sebatas manusia dan bukannya Tuhan.

Bertemu denganmu adalah teka-teki yang tak berani untuk aku jawab dengan pengetahuanku yang sedikit dan terbatas. Aku menikmati waktu-waktu untuk sampai pada jawapan itu meski sungguh semua ini tidak singkat dan amat berisiko. 

Beberapa kali sikap baikmulah yang membuat aku bertahan dalam menunggu dan berharap. Entahlah, semua ini sepertinya tidak baik tapi terkadang aku melakukannya pun tanpa sedar.

Berapa jauh jarak yang harus aku bentang untuk kita sama-sama baik dalam hati mahupun sikap? 
Berapa kali pertemuan yang harus aku hindari agar kita sama-sama lupa? Bagaimana seharusnya aku bersikap agar perasaan kita bisa hilang terhadap satu sama lain? Atau harus berapa kerap aku berdoa agar jawabannya lekas jelas juga?

Atau bisa jadi, sebenarnya ini hanyalah tentang aku sendirian. Bukan kamu, bukan juga tentang kita. 

Ya, semuanya bisa jadi hanya aku yang merasakannya sehingga mengapa ini amat membingungkan.


Ya Allah, aku sedang tidak baik-baik saja. Hatiku sedang tidak baik-baik saja ya Allah. Padahal yang terlihat hanya secebis dari apa yang dinampakkan, namun hatiku tidak baik-baik saja. 

Pada akhirnya aku faham, hanya Engkau yang tetap kekal dan tinggal. Jadi sekalipun pada akhirnya mereka pergi, aku mohon ganti mereka dengan sesuatu yang jauh lebih baik lagi. Dan aku mengimani takdir, bahawa setiap takdirMu adalah baik untukku tanpa terkecuali. 


Siang itu akan selalu kuingat. Hari dimana aku duduk berdua denganmu. Merasakan hadirmu yang membuatku hangat. Terpegun aku akan indahnya ciptaan Tuhan yang duduk dihadapanku.

Tawamu tersipu menggeletek hatiku. Tatapan indah yang tak jemu ku temu. Berwarna coklat terang, seperti dedaunan yang jatuh di musim gugur. Perlahan mengisi relung yang telah lama sepi.

Jika saja aku bisa sejenak menghentikan waktu. Untuk dapat lebih masa bersama. Mendengar lembut tuturmu yang membuat jiwa tenang. Untuk sesaat merasakan damai dalam hidupku.

Dalam buai angan aku tenggelam. Kau hanyalah mentari yang hangatnya tak dapat aku genggam. Tuhan sudah gariskan dalam gelapnya malam. Dalam kidung merdu tanpa bait dan langgam.

"Aku menyayangimu".

Dua kata yang sering aku telan. Rasa yang sekuat tenaga aku tahan. Dua kata dalam doa yang terus aku aminkan. Maafkan aku yang tak cukup berani menentang takdir Tuhan. 

Bila kelak kita sampai di kehidupan selanjutnya. Akan aku ulangi semua agar berjumpa. Meskipun ku tahu semua akan berakhir sama. Aku akan terus melakukannya. Hingga kelak kita akan bahagia bersama.

Jika nanti aku pergi, ketahuilah bahawa kamu pernah menjadi sosok yang ada dibalik setiap tulisan-tulisan yang pernah kutuliskan.

Mereka adalah pengingat bahawa dalam hidup yang singkat ini, aku pernah mencintaimu begitu sangat. Namun aku tidak akan bisa menang melawan keraguan dan ketakutan dalam diriku.

Wednesday, May 24, 2023

Usang

Terlambat sudah aku menyedari,
Setelah hatiku ini terluka,
Hatiku yang tulus selalu mencintaimu,
Dan menyayangimu segenap jiwa.

9b083bba95de8059dbaf1a22132e11331e2e75ba.gif


Semua kini terasa usang, hiasan dinding pun tak berada pada tempat awal terpasang, semua hanya tinggal bayang yang dikenang, sedih atau senang, apapun ada di dalam sini, dan detik-detik terasa semakin lengang. 

Gemaan itu telah hilang, hingga batas kota pun aku berpetualang, yang kutemukan hanyalah kosong ruang-ruang.

Tak ada lagi lagu kegemaranku itu, semua telah berganti seiring dengan gerusan zaman. 

Pergilah jika kau ingin pergi. 

Tak kupaksa kau untuk tetap tinggal. Pergilah sejauh kau ingin. Carilah seseorang setabah aku memahamimu, sebesar aku menerima kurangmu, seluas aku mencintaimu. Tapi jika pada akhirnya tak kau temui ia seperti aku menerimamu, jangan paksa aku untuk membuka pintu lagi, ya. 

Jangan. Sebab kau pasti tau, aku begitu lemah untuk tidak mengendahkan panggilanmu.

Dewasa ini, penerimaan, menjadi kata yang mahal dalam makna cinta. 

Betapa banyak lisan yang mengatakan bahwa dia telah menerima apa adanya, namun ketika satu persatu kekurangan nampak pada permukaan dan beberapa masa lalu terbuka tak sengaja oleh waktu, cinta itu menjelma benci, jarak dan pengkhianatan. 

Penerimaan telah menjadi satu proses panjang, yang semoga tak pernah kehabisan sabar untuk kita jalani seumur hidup dan selesaikan.

Dewasa ini, ketika menghapuskan chat, mematikan last seen, atau bahkan mem-block contact, bukanlah lagi sifat keanak-anakan. 

Itu terjadi karana kita sedar mana yang menyakiti kita, mana yang tidak. Mana yang tepat untuk kita, mana yang tidak. 

Ada banyak cara mencintai diri sendiri. Dan salah satunya adalah dengan menjauhkan diri dari bermacam benda dan perkara yang kerap melukai hati.

Mulai saat ini, sayangi dirimu lebih dalam lagi ya, karana pada akhirnya nanti, hanya dirimu sendiri yang tak pernah pergi.

Terdiam ku tenggelam,
Menitis sepi malam,
Kusendiri menanggung semua beban kau berikan,
Mengalir air mata membasahi pipi,
Kutepiskan semua dengan ikhlas hati.

Manga, gif and anime boy gif anime #1085890 on animesher.com


Aku percaya, bagaimana pengakhiran kisah hidupku telah pun tertulis secara sempurna di lauhul mahfudz sana. 

Aku hanya tinggal menjalani semuanya saja. Dengan cara terbaik dan tak keluar dari track yang sudah di gariskan-Nya. 

Semuanya telah kuserahkan padaNya, termasuk dirimu. 



Ku ikhlaskan engkau pergi,

Dalam hatiku pun sudah rela,

Jika nanti kau kembali,

Pintu hatiku selalu terbuka.

Thursday, February 9, 2023

Kosong

Alternate Exterior angles of Parallel lines & their Transversal

Pada gemuruh ombak yang serak, aku mendambamu dalam balutan jarak, teriringi deras tangis terisak, rinduku tak terbendung beranak-pinak; meruak.

Akhir-akhir ini, hubungan kita semacam dua jenis garis yang sering kita temui di buku matematik saat bersekolah.

Kata mereka garis itu garis paralel dan garis berpotongan.

Garis paralel. Bersifat sejajar dan sama, persis dengan kita. Sepanjang tahun bersama, melewati bersama berbahagi cerita. Saat seorang berduka atau gembira, maka yang lainnya turut merasa. Namun, kita sekadar jalan bersaing, tanpa bisa menyatu sekalipun.

Garis berpotongan. Bertemu di satu titik dan berpisah setelahnya, yang tengah terjadi pada kita. Tahunan bersama, jenuh kerap yang kau rasa. Jauh-jauh kau berkelana, aku pula yang dilupa. Aku takut menjadi titik pertemuan takdir yang kau lintas dan kau lepas.

Namun, satu yang pasti. Apapun kita, aminkan bahawa apa yang kita cari itu adalah yang terbaik. 

Untukmu, untukku, untuk kita.


Pin en loves

Kehidupan ini banyak meminta kita untuk menerima keadaan. 

Sedia tidak sedia, mahu tidak mahu, kelak yang ditakdirkan pasti akan terjadi. Tidak mungkin rasanya untuk aku mampu menepis rasa sakit yang menyebalkan hati, air mata ini juga berhak jatuh menitis seperti senyum yang berhak melengkung. ltu baru adil namanya. 

Air mata tidak diciptakan sia-sia, ia berhak jatuh berderai di saat lisan terbata-bata menyampaikan sakitnya perasaan. Air mata berhak turun mengalir dengan deras, bersamai doa yang samar, serak yang tidak jelas.

Dunia ini begitu tidak terduga. 
Ada yang menangis di atas kenderaan, ada yang menangis di sejadah rumah ibadah, ada yang menangis saat di malam tahun baru, dan juga ada yang menangis di sudut kisi-kisi rumah.

Tidak ada yang benar-benar kuat. Kita tidak pernah tahu bila dan di mana seseorang menjatuhkan air matanya. 

Air mata juga boleh menguatkan, kan?

Setiap mengingatmu, lidahku selalu kelu. Kata-kataku berhenti di halaman tentangmu. Sudahlah. Sampai bila kau akan terus menghantuiku? Bukankah sudah kau relakan kisah kita berubah menjadi sebungkus kenangan? 

Hah... ya. Bukan kau yang menghantuiku. Akulah yang masih saja mencari-cari bayangmu dalam sekeping ingatanku. 

FLY WITH ME IN ANOTHER WORLD on Tumblr

Aku tak punya judul untuk tulisan ini. Sama seperti hari kelmarin, pikiran aku masih memutar kaset lama tentangmu. Rindukah aku?

Entahlah. Mungkin hatiku sedang mencuba berdamai mengeluarkanmu. Tidak baik memendam namamu terlalu lama bukan? Jejakamu pasti kesal jika tahu namamu ada di hati jejaka lain. 

Bagaimana dengan malammu? Pasti kini kamu sedang membunuh waktu lewat malam di udara bersamanya. Seperti kita dulu. 

Ya, hanya itu yang tersisa dalam diriku setelah perpisahan kita yang pilu. 

Sunday, January 22, 2023

Sekarang



Masa itu sudah berlalu dan aku sudah berganjak dari tempatku semalam.
Ketawa, bahagia, menangis, sedih, belajar dan memahami.

Apakah kita boleh memilih untuk tidak mengenang perkara yang telah berlalu? Cukup cuma sekadar mengambil pengajaran dari perkara yang dilalui untuk masa-masa yang akan datang.

Maaf, aku pergi. Terima kasih, sebab pernah memberi.

Sudah aku tenggelamkan dia dalam-dalam, agar jejak lukanya tidak akan ku temukan. 
Cukup kujadikan ia sebagai pelajaran, sebab mencintai manusia terlalu dalam. 
Darimu aku belajar, bukan kamu yang harus aku kejar, sedari masa lalu dulu aku sedar, seharusnya tuhan dulu yang aku dengar.

Kita perlu tahu batasan diri dalam melakukan sesuatu. Termasuklah dalam menolong dan membantu orang lain.
Tak perlulah terlalu utamakan orang lain sehingga mengabaikan diri sendiri, hingga melukakan hati sendiri. Kerna sesungguhnya hidup sederhana itu sangat indah.
Lupakah bahawa kita ditegah untuk menyakiti diri sendiri?

Janganlah terlalu sibuk mengurus masalah orang lain, sampai lupa masalah diri sendiri.
Janganlah terlalu sibuk mengurus masalah hati, sampai lupa bermanfaat untuk ummat.

Setiap kita pastinya menyimpan luka. Setiap kita itu mencuba sebaiknya untuk melindungi luka itu.

Ada yang ceria untuk menutupi kesedihannya.
Ada yang tersenyum untuk menutupi tangisannya.
Ada yang diam untuk menutupi kekecewaannya.
Ada yang ketawa sampai menangis.



Aku cuma tidak mahu mengetahui, bukannya tidak peduli.
Aku hanya ingin menikmati saat dan tika ini, bukannya sibuk memikirkan nanti.
Biarkan segalanya jadi kejutan. Agar aku merasa lebih natural dalam menjalani kehidupan.
Tak perlu serabutkan fikiran yang sudah sedia kusut masai.

Sekarang ya sekarang. Esok ya esok.
Nikmati dulu apa yang ada sekarang. Selesaikan dulu apa yang perlu diselesaikan.

Ada beberapa titik-titik kehidupan dimana ada fasa aku merasa tenang dan lapang. Namun seusai fasa itu berlalu, aku dihadapkan pula dengan ujian kehidupan. 
Selesai satu, muncul satu. Selasai satu lagi, muncul satu lagi, dan begitulah ia berulang.

Teringat aku pada satu perumpamaan yang tak dapat aku telesuri dimana aku dapatkan. 
Katanya hidup ini bagaikan permainan video. Ada bahagian di mana kita mudah sahaja untuk pergi ke peringkat yang seterusnya. Ada bahagian yang kita berasa amat sukar untuk melepasi peringkat itu. Malah ada bahagian di mana kita tersekat di peringkat itu sahaja. Saat itu dimana kita akan gelisah meminta bantuan.

Tapi ingatlah satu peraturan sebelum meminta bantuan.
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat" (Al-Baqarah : 45 )
Masa itu akan terus berjalan. Ia terus berjalan tanpa menoleh kebelakang lagi. Meragut segala yang ada dilaluannya. Dari siang bertukar malam, malam bertukar siang, lalu kembali semula ke siang. Begitulah ia berulang-ulang.

Lalu apakah yang kita sudah lakukan? Apakah kebaikan yang kita terjemahkan? Apakah munafaat kita kepada orang sekeliling kita? Apakah kita sudah memanfaatkan masa dengan bijak? Atau sebaliknya, kitalah yang terlena dalam permainan masa, pusaran yang membuat kita melalaikan segalanya.

Kalau hidup ini cuma bersenang lenang, macam mana mahu menguji keikhlasan hati? Kalau hidup ini cuma santai-santai sahaja, mungkin kita akan lupa, yang pada akhirnya kita pasti akan pergi dari sini. Kan?

Tahun ini, Tuhan memberikan aku banyak pelajaran yang mengetuk hati. Membuat aku sedar akan siapa diri ini. Hanya seorang hamba yang kelak akan meninggalkan dunia ini.

Kita terlalu bereuforia menyambut tahun dua ribu dua tiga, berjaga semalaman dengan nyala kembang api di langit kelam, hingga esok terbangun saat matahari lebih dulu menyingkap kehidupan.

Semoga tahun baru ini menjadi asbab untuk kita menjadi lebih baik. Semoga menemui azam baru.
Selamat memperbaharui rasa syukur dalam setiap perbuatan. Selamat menenun rasa sabar dan husnuzun dalam setiap hela nafas.





Labels

Perasaanku (19) Sayang (13) Ujian (12) Semangat (6) Ukhuwah (5) Cerpen (1) Suka (1) Yasmin J Hunwick (1)