Home Tutorial Hunwick?Profix
Tulis Dari Hati, Baru Dapat Menyentuh Hati

Tuesday, July 16, 2024

Awangan

"sometimes aku rasa aku minta relationship ni terlalu awal, sedangkan aku tak ready pun" 

Aku cuma mengangkat kening. Serasa seperti diperlakukan seperti sampah.

Setelah apa yang telah aku perjuangkan selama ini. Setelah apa yang telah aku angankan.

Tak lama lepas dengar ungkapan itu, aku melihat dia sudah bersama insan yang baru.

Ya, banyak kali aku ulang.

Masalah ini, antara kita dengan masalah itu. Bukannya aku dengan kau.

Kita gaduh, kita perbaiki, kita setia selamanya.

Namun impian itu sekadar impian. Angan-angan juga terbang ditiup angin.

Mana mungkin aku mampu menandingi si dia yang usianya lebih satu dekad dariku. Sudah pasti dia punyai lebih banyak pengalaman. Sudah pasti apa yang dia buat terasa seperti sang juara. Sedang aku masih bertatih untuk menyayangi sang pujaan hati.



Katakan kamu tidak mencintaiku, lalu aku akan pergi selamanya. 
Tetapi, kata demi kata tak jua menderas dari bibirmu.
Kau tetap membiarkanku tenggelam dalam kesunyian.
Keterdiamanmu menjadi titik di mana aku mulai mempersoalkan segala.
Atas keraguan yang mulai berdetak di dalam dada.

Ah, tak mengapa. 

Yang penting, dia adalah insan pertama yang istimewa buat aku. 

Dia lah wanita pertamaku, meski aku ragu adakah aku lelaki pertamanya.

Walau sudah kugadai semuanya, tak dapat juga aku pertahankan. 

Sayang sekali dia tidak dapat jadi yang pertama dan terakhir. 

Tak akan aku lupa bisikan halus yang kau ungkapkan di telingaku.
Takkan ku lupa hembusan nafas mu yang menyentuh leherku.
Takkan ku lupa hirisan halus jari jemarimu yang menyentuh kulitku.
Takkan ku lupa elus lembut rambutmu.

Akan ku kenang segala yang pernah kita lakukan bersama. 

Meski hanya kita berdua yang mengerti. Meski hanya kita berdua yang mengetahui.
Namun semuanya tidak akan ku bawa ke masa hadapan. Cukup cerita itu sekadar sampai situ.

Cukup.

Akhirnya waktu itu datang juga. Waktu di mana aku harus perlahan-lahan menghapus harapan untuk tidak bersama lagi dengan orang yang selama ini selalu ada.

Selamat menjadi orang asing.



"Dia memperlakukan aku lebih baik darimu. Tangannya juga masih belum dapat aku pegang hingga kini."

Itu ucapanmu ketika kali terakhir kita keluar.

Tidak mengapa, pergilah jika itu kebahagiaanmu, tapi tolong berhenti membandingkan diriku dengan dirinya.

Perbezaannya cukup terlihat untukku dan mungkin dirimu akan menyadarinya nanti. 

Aku bertemu dengan dirimu ketika dirimu sedang di fasa hancur, di fasa mana engkau bahkan tidak merawat dirimu dengan baik, fasa dimana engkau kehilangan banyak hal, dan aku menemanimu hingga akhir. Sedang aku juga di fasa yang tidak membaik.

Dan dia menemukanmu di saat kau berada di fasa membaik. Dan dengan mudahnya dirimu berkata "mari bertemu ketika kita di kondisi terbaik kita."

Aku ingin kau bahagia, aku ingin kau menemukan seseorang, seseorang yang memberikan semua hal yang tak pernah bisa aku berikan kepada engkau, aku ingin kau menemukan tujuan hidupmu kedepannya.

Biarkan aku, mati dalam kepura-puraanku, terbunuh dan tertebas dengan semua hal dipikiran dan hatiku. 

Jika tak bisa tumbuh, bukankah ini waktunya perasaan ini dibunuh?

Sial, aku hanya seorang pejuang. 

Aku lupa, ketika perang selesai pejuang hanya untuk dikenang.

Sunday, April 7, 2024

Sembunyi

 


Orang-orang disekelilingku mulai ramai yang menanyakan nama. Entah tersebar khabar yang seperti apa. Sampai aku dibuat hairan. Kenapa sampai sejauh itu mereka ingin mengetahui. Padahal tidak ada apapun tentang perkara itu yang pernah aku ceritakan dengan mereka.

Di tempat lain, juga ada beberapa yang mulai bertanya tentang "siapa". 
Dari yang sekadar berbisik, sampai yang bertanya terang-terangan. Meski pada akhirnya mereka semua memasang wajah kecewa. Kerana semua selalu aku jawab sama, "Belum ada".

Di laman sosial media dan beberapa group whatsaap, ternyata tidak banyak yang berbeza.
Aku hanya menanggapi semuanya sama seperti sebelum-sebelumnya.
Aku menyendiri sejenak, sedikit memikirkan kenapa sekelilingku boleh menjadi sebegitu riuh.

Sejauh yang aku ingat, tidak pernah aku menyebutkan namamu di sebarangan tempat. Sekalipun itu hanya dalam bualan ringan. Juga hampir tidak pernah ada nama, dan munculnya komenmu dari sekian banyak perkara yang aku pernah tuliskan. Meski aku tidak menampik, beberapa hal yang aku tuliskan memang masih tentang bagaimana aku melihatmu. Tapi sudah aku tata sedemikian rupa agar tidak ada yang mampu meneka. Bahkan teman-teman terdekatku sekalipun.



Aku rasa lebih baik seperti ini.

Kamu aman tersembunyi tanpa perlu ada seorang pun yang tahu, tanpa perlu aku panjang lebar mengarang cerita, tanpa perlu aku menjelaskan sekian puluh kali dari mana kisah kita dimulai. Sengaja namamu aku sembunyikan dalam-dalam, kerana aku mengerti kalau kamu akan merasa sangat tidak selesa jika nanti kamu menjadi bahan pembicaraan ramai orang.

Lebih baik seperti ini, tidak ada yang perlu tahu siapa namamu, panggilanmu, pendidikanmu, kegiatanmu dan hal-hal lain yang mungkin akan membuatmu tidak selesa jika tiba-tiba ramai orang lain datang dalam keseharianmu hanya untuk mencari tahu. Setidaknya untuk saat ini, sampai beberapa titik yang sudah ada dalam rencana. Sehingga kamu tidak perlu khawatir kalau tersembunyinya dirimu ini akan selamanya.

Alam semesta adalah tentang khabar. Khabar tentang datang dan pergi, suka dan duka, gembira dan peringatan. Tentang pergi adalah pulang. Semoga kelak ketika Allah memanggil kita pulang, kita pulang dalam keadaan terbaik, diwaktu terbaik, sebagaimana Allah memanggil orang-orang terbaikNya.

Semoga kelak aku dipertemukan dengan seseorang yang sama-sama lelah mencari, sama-sama ingin menetap, sama-sama mahu berjuang, sama-sama mahu bertahan pada satu pilihan dan sama-sama takut kehilangan.

Aku tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyakinkanmu mengenai perasaanku ini. Namun aku bisa saja memperjuangkannya jika kau bersedia membuka hatimu, menguatkanku, dan menemani aku melangkah.



Malam terasa sunyi. Untuk kita yang tidak punya tempat cerita.
Pada akhirnya, aku lebih memilih untuk diam dan tidak menceritakan kepada siapa-siapa.

Rasanya pasti tidak menyenangkan, kan?

Memendam semua perasaan itu seorang diri. Aku pernah mempunyai seorang teman. Katanya aku boleh menceritakan segala yang aku ingin ceritakan. Namun setelah aku ceritakan apa yang aku hadapi, aku luahkan apa yang aku lewati, mengadu keluh dan kesahku, segalanya berubah. Dia pergi meninggalkan aku. 

Sejak dari saat itu, aku sedar bahawa manusia itu makhluk yang lemah. Lalu aku memutuskan untuk tidak lagi mencari telinga dari manusia. Manusia itu boleh berubah menjadi bosan. Bosan mendengar ceritaku. Bosan mendengar keluh kesahku. Tapi Tuhan itu tidak begitu.

Bukan bererti tuhan tidak sayang. Sebab sayang lah kau mengalami perkara ini lagi. Tuhan itu mahu kau lebih mendekat padaNya lagi.

Barangkali seperti itu lah cara Tuhan mencintai hambaNya. Seperti itu lah cara Tuhan melatih hambaNya agar menjadi manusia yang tegap dan kukuh. tetaplah berbaik sangka kepadaNya. Kerna walau apa pun yang terjadi, pasti ada hikmah yang tersembunyi.

Tidak sampai disini sahaja. Setelah ini, kau akan diuji oleh tulisanmu sendiri.
Maka dari itu, persiapkan diri. 

Wahai aku.

Labels

Perasaanku (19) Sayang (13) Ujian (12) Semangat (6) Ukhuwah (5) Cerpen (1) Suka (1) Yasmin J Hunwick (1)