Kukira namanya sudah lari dari sudut-sudut hati, nyatanya dia masih menetap di sini.
Kukira segala tentangnya yang terkenang akan perlahan menghilang, nyatanya bayangnya masih jelas di sanubari.
Kukira semuanya sudah selesai, nyatanya masih ada hal yang belum usai.
Tidak kah terlalu cepat bila kini kau sudah melupakanku, dan menggantikan aku dengan seseorang yang baru?
Bukankah terlalu pantas, sedang minggu lalu baru saja tubuh kita bersatu namun kini kau terus berlalu.
Apakah tidak terlalu terburu-buru, mengingatkan baru sahaja kelmarin pertengkaran itu terjadi, tanpa mengatakan apapun, tanpa mengakhiri terlebih dahulu hubunganmu denganku.
Kini kamu sudah memiliki seorang kekasih baru?
Aku tahu, mungkin aku tidak sempurna dalam mencintaimu, kasih sayang, perhatian dan kesetiaan yang aku berikan, rasanya belum cukup untuk meyakinkan dirimu bahwa kau lah pemilik hatiku.
Bahawa hanya padamulah aku pasrahkan seutuhnya cintaku.
Disaat kita berdebat, aku tidak pernah berharap untuk menang darimu, aku hanya ingin menjelaskan apa yang selama ini aku rasakan, apa yang membuat aku sakit, dan memberitahu bahawa apa yang kau lakukan itu menyakitiku. Tetapi kenapa sukar sekali rasanya untuk membuatmu mengerti dan memahami.
Sebenarnya dari awal aku sudah mengira semua ini akan terjadi, tapi sungguh aku tidak menyangka semua akan terjadi secepat ini.
Sikapmu yang mulai berubah, percakapan kita yang terasa semakin singkat, dan ketidakbetahanmu untuk berlama-lama denganku lah yang membuatku sedar.
Kini bukan lah aku yang menjadi tempatmu untuk pulang.
Ada seseorang di luar sana yang tengah menjadi orang penting baru mu.
Seseorang yang mungkin peluknya lebih hangat dari pelukanku.
Seseorang yang mungkin genggaman tangannya lebih erat dari tanganku.
Seseorang yang cintanya lebih besar dari cintaku.
Seseorang yang mungkin lebih bisa membuatmu bahagia ketimbang aku.
Ingatkah kamu, dulu saat kamu mendekatiku, kau kata bahawa aku lah seseorang yang kamu cari selama ini. Kau kata akulah orang terlama yang kau cintai berbanding orang sebelumku.
Seseorang yang paling layak untuk kau dampingi, dan waktu itu pun kamu berjanji bahwa aku akan menjadi cinta terakhirmu.
Yang tidak akan pernah kamu tinggalkan bahkan di dalam keadaan terburuk ku.
Kini janji tinggallah janji, seperti sedang amnesia kau dengan mudah melupakan segalanya.
Tapi tak apa, aku pun tak akan memaksamu untuk melanjutkan hubungan yang memang sudah sangat ingin kau akhiri.
Aku ingin selalu melihatmu senang walaupun itu hanya dari kejauhan.
Aku selalu mengharap agar kamu sentiasa dalam keadaan sihat.
Aku juga tahu kamu sudah hilang dari pelukanku.
Aku tahu kamu sudah luruh dari genggamanku.
Kamu mampu dengan cepat melupa. Sedang aku disini bermati-matian berusaha untuk menerima.
Mengapa sesulit itu rasanya?
Aku berusaha untuk menyibukkan diri, berusaha untuk melakukan pelbagai perkerjaan supaya bayangmu tidak muncul lagi.
Memang untuk sejenak aku akan lupa tentang sosokmu. Namun saat sendiri, bayangmu kembali menghampiri.
Ketika kehilanganmu itu aku merasa tuhan itu benar-benar tidak adil. Tapi ternyata aku salah membaca tandanya. Ku sangka, kehilangan kamu itu merobek hati dan merampas kebahagiaanku. Nyatanya tuhan menganti sumber kebahagian itu dengan orang-orang sekelilingku yang selama ini aku abaikan perasaan mereka.
Diam itu jawapan juga. Saat dia memilih untuk diam tak berbicara, mungkin saatnya aku belajar untuk berhenti menunggu. Terkadang, melepaskan lebih baik dari menanti. Aku tak perlu penjelasan yang tak akan kunjung tiba.
Pada akhirnya tetap aku yang akan di salahkan. Tidak akan pernah ada satu orang pun yang mengerti tentang apa yang aku rasakan saat ini. Tidak kamu, tidak juga dengan orang-orang terdekatmu.
Sekali saja, cuba kamu rasakan bagaimana menjadi diriku, bagaimana rasanya berada di tempatku. Mungkin kamu akan mengerti rasa sakit dan kecewa seperti apa yang harus aku tahan setiap hari.
Jika ada satu nama yang tetap tersimpan di hati, percayalah itu bukan lagi namamu.
Bukan aku yang menggantikannya, tetapi kamu sendirilah yang memadamkannya.
Aku akan mencuba mengikhlasi dengan apa yang terjadi, dan semoga kamu tak menyesal dengan keputusan yang telah kau pilih.
Dan ku mohon, bagaimanapun akhirnya nanti, ku harap kamu tak akan pernah mencuba untuk kembali.
Kerana di saat kau sudah memilih untuk meninggalkan aku dan memilih dia, seketika itu aku telah mengubah doa ku.
Semoga dia mematikan hatiku, semoga dia menutup seluruh jalanmu menujuku.
Dan semoga aku tak akan pernah bisa mencintaimu lagi, meskipun kamu jadi manusia terakhir di bumi ini.
No comments:
Post a Comment