Home Tutorial Hunwick?Profix
Tulis Dari Hati, Baru Dapat Menyentuh Hati

Tuesday, May 20, 2025

Akui

Memulai hari seperti kelmarin. Terbangun letih meski sedar masih ada pertarungan yang ditaruhkan. Terduduk ringkih sebab mimpi yang tidak tunai diraih.

Bayang-bayang bergelut hebat, terlalu mengharu dalam benak. Rindu dan segala nestapa serta renjana menyesakkan ruang yang tidak menyisakan ruang gerak.

Aku bahkan tidak selamat dalam akalku sendiri. Kini tampak musykil, dalam sangkal kamu akan membuatku menggigil dalam penyangkaran.

Orang-orang masih menanyakan tentang khabarmu melalui aku. Sangkut pautnya sudah tidak ada, tetapi masih lagi aku tempat namamu tersangkut.

Masih dianggap bahawa kita masih ada, sedang kita tidak lagi setumpuk lalu sebondong surut.

Lelah juga jika aku masih terjungkal balik dalam bayangmu bahkan saat kau bukan lagi mencari teduh padaku. Berat hendak mengatakan kalau kau bahagia saat aku pun tidak dengar gaung namamu.




Seseorang yang kau pilih, tak pernah kau nyatakan, tak pernah kau kisahkan. Kini, khabar itu datang begitu cepat, jauh lebih pantas dari yang pernah kubayangkan. Seolah waktu bersekongkol untuk meninggalkanku dalam tanya yang tak terjawab.

Betapa pahitnya menyedari, bahawa rencana yang dulu kurajut diam-diam, telah kau anyam bersama orang lain.

Aku melihatmu bukan hanya dengan mata, tapi juga dengan seluruh pemahaman yang ku punya.
Aku melihat bagaimana langkahmu kadang goyah, bagaimana hatimu berkali-kali terlipat dalam ragu.
Aku melihat bagaimana kau memegang luka itu dengan gementar, seperti menimbang-nimbang apakah harus kau genggam lebih erat atau lepaskan.

Inginnya aku menyapa kalian tapi apakan daya tanganku ini kadang terasa kaku untuk menitip tulisan.

Terima kasih kerana sudah bertahan sejauh ini. Di mana usia yang semakin kurang namun aku masih lagi belajar dari berbagai pengalaman hidup orang sekelilingku.

Bertahanlah sampai dimana nafas ini habis. Tetaplah ikut jalan yang telah tuhan takdirkan atas diriku.
Berilah aku kesabaran yang luas dan juga ikhlas. Sihatkanlah mentalku saat ini agar tetap menjadi waras.




Tidak semua perjalanan harus berakhir dengan pengakuan, tetapi setiap perjalanan pasti membawa pengajaran.

Ada kalanya kita berjalan jauh, berharap dapat menemukan jawapan atau mungkin penjelasan. Namun di hujung perjalanan, yang kita temukan adalah ketenangan. Bukan kerana semua pertanyaan terjawab, tetapi kerana kita belajar menerima bahawa tidak semua hal harus difahami.

Ada perjalanan yang membawa kita pada pertemuan, ada juga yang mengajarkan kita tentang keikhlasan dalam perpisahan. Ada perjalanan yang penuh tawa, ada yang dihiasi air mata. Namun pada akhirnya, setiap langkah selalu menyimpan pelbagai makna. Bahkan ketika kita tidak mendapat pengakuan atau validasi dari sesiapa pun, perjalanan itu tetap berharga kerana kita tmembesar dengannya.

Terkadang juga, pembelajaran hadir dalam bentuk yang sunyi. Yakni dalam doa-doa yang kita panjatkan di tengah malam, dalam self-talk yang jujur saat menata hati, atau dalam keputusan untuk melanjutkan hidup dengan lebih bijaksana. 

Tetapi hidup bukanlah tentang membungkam setiap sangkaan atau menjelaskan diri kepada semua orang. Hidup adalah tentang terus memperbaiki diri. Bukan sibuk meluruskan setiap anggapan yang belum tentu berakar pada kebenaran.

Dan itu sudah cukup. Kita tidak selalu memerlukan pengakuan orang lain untuk membuktikan bahwa kita telah bergerak ke hadapan. 
Kerana sejatinya, Tuhan selalu melihat setiap upaya, sekecil apa pun itu.




Jika kita di jalan yang benar, biarlah Tuhan yang menyatakan. 
Jika kita salah, biarlah Tuhan yang menuntun kita untuk memperbaiki arah. 

Sebab manusia mudah terpedaya oleh prasangka. Maka biarkan mereka dengan prasangkanya dan kita dengan kebenaran yang kita pegang. Sesungguhnya yang lebih berharga dari penilaian manusia adalah pandangan Tuhan ke atas diri kita.

Maka, berjalanlah. 
Dengan atau tanpa tepuk tangan, dengan atau tanpa pengakuan. 

Sebab di setiap perjalanan, ada bahagian dari diri kita yang menjadi lebih kuat, lebih lembut, dan lebih memahami makna syukur.

Wednesday, April 9, 2025

Tipu

Di akhir malam, kenangan yang tersusun kemas dalam kepala masih terlintas dalam ingatan yang datang tanpa diinginkan. Membuka kembali sayatan luka yang seharusnya perlahan-lahan kering. Rindu yang seperti hantu datang menganggu. Tanpa mampu berbuat apa-apa, tanpa tahu harus berbuat apa, terkadang hanya mampu menunggu sampai perasaan itu hilang dengan sendirinya. Melepaskan ternyata bukanlah perihal yang dilakukan hanya sekali, tetapi ribuan kali untuk tiap rindu yang datang menghampiri.

Entah apa yang difikir, entah apa yang dirancang. Semuanya sudah dihitung dengan sempurna.
Strategi yang sangat ampuh, dengan berbelas helai lampiran strategi sokongan andai ada kegagalan.

Perempuan itu katanya makhluk paling lemah.
Tapi percaya atau tidak, perempuan itu mampu menjadi pemangsa yang paling buas dalam menghancurkan hidup seseorang. Dia boleh menjalin hubungan dengan ramai lelaki sedangkan dia sudah berstatus kekasih. Katanya cuma sekadar kawan, cuma sebatas teman. Dia mampu menjadi pelakon terhebat untuk menipu kepercayaan. Dia paling handal menjadi protagonis, air matanya sering kali menjadi senjata yang melumpuhkan, moga tidak tertipu dan terpedaya.

Perempuan memang sejahat itu. 

Kau yang mengajar aku tentang cinta, kau juga yang mengajar aku tentang luka. Kau yang terbaik, kau juga yang paling buruk.

Sedang mengenalimu itu adalah patah hati yang tersengaja, kepergianmu pula adalah jatuh hati yang benar-benar terperosok di lembah nestapa.




Tatkala sumbu milikku tidak lagi menerka-nerkamu, itu bererti kau tak cukup untuk menjadi nyala api bagiku. Tatkala rayu aksara milikku tak lagi menuliskanmu, itu bermakna kau telah jauh berpaling dariku.

Di tahun itu aku baru tahu ternyata ada orang sejahat itu. Orang yang berusaha menghancurkan hidup aku, meninggalkan aku sendirian di saat dia merasa sudah berjaya menghancurkan aku. Lalu tertawa puas setelahnya kerana merasa usahanya untuk menghancurkan hidup aku telah berjaya.

Di antara bingitnya dunia, aku menemukanmu dalam keheningan.
Cinta yang tak memekak, cinta yang tak terucap, hanya ada dalam bungkam yang panjang.
Tak perlu janji megah, tak perlu kata-kata yang berlarian di udara.
Kerana aku tahu dalam sunyi kita akan lebih mengerti.

Keheningan ini bukan kehampaan, melainkan ruang tempat rasa berbicara tanpa suara. Ada tatapan yang tak meminta, ada genggaman yang tak menuntut. Hanya ada keberadaan yang saling menerima.

Sedarkah rupanya kau membuang banyak waktu?
Lalu mengorbankan seseorang yang merelakan jiwa raganya hanya untukmu?
Perihal rasa, aku fikir akan membuat raga dan hati ini selalu menunggumu. Namun rupanya tidak.
Setelah rapuh dan patah itu, aku pun bersaksi, tiada bangkit, kecuali aku membiarkan engkau pergi, selamanya. 

Upaya dia untuk menghancurkan aku memang hanya berdampak sedikit untuk hidup aku. Tapi orang jahat ini sudah tidak akan aku anggap ada lagi di dunia ini. Apa yang dia lakukan tidak akan pernah dapat aku maafkan seumur hidupku. Aku tidak akan membalas dan aku tak mampu untuk membalas, maka biarlah tuhan sahaja yang membalasnya.



Tentang cinta, kau tau aku pernah secinta itu. Tentang rindu, kau tau aku pernah serindu itu. Tentang tulus, kau tau aku pernah setulus itu.

Kau hanya tak tau tentang luka, tentang cinta yang kau khianati, atas rindu yang kau abaikan dan tulus yang kau manfaatkan.Ada luka yang dirawat oleh keyakinan, ada rindu yang merangkak menuju sabar dan ada hati yang belajar mencintai waktu.

Tak perlu tergesa, sebab apa yang datang dengan lambat, seringkali adalah yang terindah yang telah ditakar dengan sempurna oleh-Nya.

Maka biarlah penantian ini menjadi indah. Seperti senja yang tak pernah gagal menghampiri malam.

Tentang luka yang menjadi pelajaran berharga, kerana kesabaran atas semua prosesnya. Nyatanya semua ini memang tidak mudah, tapi yakinlah bahawa semua ini akan selesai. Yakinlah kamu akan mencapai kemenangan dan untuk menemui kemenangan itu kamu harus terus berjuang. 

Menerima semua rejaman tajam yang datang.




Jika sudah waktunya, hujan pun akan turun. Jika sudah masanya, bunga pun akan mekar dan mewangi.
Begitulah takdir Tuhan, doa-doa kita di masa lampau akhirnya dikabulkan jika sudah waktunya.
Bukankah ada banyak hal yang diberikan sebelum kita bersedia menerimanya, hingga akhirnya berantakan dan hanya menjadi pelajaran.

Sengaja dikabulkan dengan cepat hanya untuk pelajaran. 
Sabar, jangan terburu-buru menagih doa, ya.

Kita pasti pernah menemui "mendung" dalam kehidupan. Hari-hari dimana semuanya terasa tidak menyenangkan, berat, bahkan tak jarang matamu menimpa hujan deras.

Ketika mendung itu datang, yang kita perlukan hanya sebuah tempat teduh untuk berlindung. Sekadar berdiri atau jika beruntung dapat duduk sejenak. Mendung itu petanda hujan akan tiba, maka tak salah jika menunggu atau terlanjur basah kerananya. Sesaat itu, melamun adalah hal yang paling elok untuk dilakukan. Sambil menyaksikan satu persatu rintiknya jatuh, hembusan angin yang menghembus tubuh dan aroma tanah yang perlahan menusuk hidung.

Tak ada jalan yang sepenuhnya terang, tapi kau bisa menjadi cahaya. Tak ada hati yang tak pernah terluka, tapi kau bisa belajar sembuh.

Jika waktu boleh diputar, ingin aku menghindar dari awal. Aku akan berjalan lebih cepat saat kita kali pertama bertemu.

Kau hanya persinggahan yang tak seharusnya aku lewati. Kau adalah nama yang tak perlu aku ingat. Pelajaran yang seharusnya tak perlu ada.

Aku hanya ingin memastikan satu perkara. Jika kita bertemu lagi di jalan yang lain, aku akan berlalu seperti angin. 

Tak melihat, tak mengenal, tak peduli.

Sunday, February 9, 2025

Cepat



Kukira namanya sudah lari dari sudut-sudut hati, nyatanya dia masih menetap di sini.
Kukira segala tentangnya yang terkenang akan perlahan menghilang, nyatanya bayangnya masih jelas di sanubari.
Kukira semuanya sudah selesai, nyatanya masih ada hal yang belum usai.

Tidak kah terlalu cepat bila kini kau sudah melupakanku, dan menggantikan aku dengan seseorang yang baru?

Bukankah terlalu pantas, sedang minggu lalu baru saja tubuh kita bersatu namun kini kau terus berlalu.

Apakah tidak terlalu terburu-buru, mengingatkan baru sahaja kelmarin pertengkaran itu terjadi, tanpa mengatakan apapun, tanpa mengakhiri terlebih dahulu hubunganmu denganku.

Kini kamu sudah memiliki seorang kekasih baru?

Aku tahu, mungkin aku tidak sempurna dalam mencintaimu, kasih sayang, perhatian dan kesetiaan yang aku berikan, rasanya belum cukup untuk meyakinkan dirimu bahwa kau lah pemilik hatiku.
Bahawa hanya padamulah aku pasrahkan seutuhnya cintaku.

Disaat kita berdebat, aku tidak pernah berharap untuk menang darimu, aku hanya ingin menjelaskan apa yang selama ini aku rasakan, apa yang membuat aku sakit, dan memberitahu bahawa apa yang kau lakukan itu menyakitiku. Tetapi kenapa sukar sekali rasanya untuk membuatmu mengerti dan memahami.

Sebenarnya dari awal aku sudah mengira semua ini akan terjadi, tapi sungguh aku tidak menyangka semua akan terjadi secepat ini.

Sikapmu yang mulai berubah, percakapan kita yang terasa semakin singkat, dan ketidakbetahanmu untuk berlama-lama denganku lah yang membuatku sedar.

Kini bukan lah aku yang menjadi tempatmu untuk pulang.

Ada seseorang di luar sana yang tengah menjadi orang penting baru mu.

Seseorang yang mungkin peluknya lebih hangat dari pelukanku.
Seseorang yang mungkin genggaman tangannya lebih erat dari tanganku.
Seseorang yang cintanya lebih besar dari cintaku.
Seseorang yang mungkin lebih bisa membuatmu bahagia ketimbang aku.



Ingatkah kamu, dulu saat kamu mendekatiku, kau kata bahawa aku lah seseorang yang kamu cari selama ini. Kau kata akulah orang terlama yang kau cintai berbanding orang sebelumku. 

Seseorang yang paling layak untuk kau dampingi, dan waktu itu pun kamu berjanji bahwa aku akan menjadi cinta terakhirmu.

Yang tidak akan pernah kamu tinggalkan bahkan di dalam keadaan terburuk ku.

Kini janji tinggallah janji, seperti sedang amnesia kau dengan mudah melupakan segalanya.

Tapi tak apa, aku pun tak akan memaksamu untuk melanjutkan hubungan yang memang sudah sangat ingin kau akhiri.

Aku ingin selalu melihatmu senang walaupun itu hanya dari kejauhan.
Aku selalu mengharap agar kamu sentiasa dalam keadaan sihat.
Aku juga tahu kamu sudah hilang dari pelukanku.
Aku tahu kamu sudah luruh dari genggamanku.

Kamu mampu dengan cepat melupa. Sedang aku disini bermati-matian berusaha untuk menerima.
Mengapa sesulit itu rasanya?

Aku berusaha untuk menyibukkan diri, berusaha untuk melakukan pelbagai perkerjaan supaya bayangmu tidak muncul lagi.

Memang untuk sejenak aku akan lupa tentang sosokmu. Namun saat sendiri, bayangmu kembali menghampiri.

Ketika kehilanganmu itu aku merasa tuhan itu benar-benar tidak adil. Tapi ternyata aku salah membaca tandanya. Ku sangka, kehilangan kamu itu merobek hati dan merampas kebahagiaanku. Nyatanya tuhan menganti sumber kebahagian itu dengan orang-orang sekelilingku yang selama ini aku abaikan perasaan mereka.


Diam itu jawapan juga. Saat dia memilih untuk diam tak berbicara, mungkin saatnya aku belajar untuk berhenti menunggu. Terkadang, melepaskan lebih baik dari menanti. Aku tak perlu penjelasan yang tak akan kunjung tiba.

Pada akhirnya tetap aku yang akan di salahkan. Tidak akan pernah ada satu orang pun yang mengerti tentang apa yang aku rasakan saat ini. Tidak kamu, tidak juga dengan orang-orang terdekatmu.

Sekali saja, cuba kamu rasakan bagaimana menjadi diriku, bagaimana rasanya berada di tempatku. Mungkin kamu akan mengerti rasa sakit dan kecewa seperti apa yang harus aku tahan setiap hari.

Jika ada satu nama yang tetap tersimpan di hati, percayalah itu bukan lagi namamu.
Bukan aku yang menggantikannya, tetapi kamu sendirilah yang memadamkannya.

Aku akan mencuba mengikhlasi dengan apa yang terjadi, dan semoga kamu tak menyesal dengan keputusan yang telah kau pilih.

Dan ku mohon, bagaimanapun akhirnya nanti, ku harap kamu tak akan pernah mencuba untuk kembali.

Kerana di saat kau sudah memilih untuk meninggalkan aku dan memilih dia, seketika itu aku telah mengubah doa ku.

Semoga dia mematikan hatiku, semoga dia menutup seluruh jalanmu menujuku.
Dan semoga aku tak akan pernah bisa mencintaimu lagi, meskipun kamu jadi manusia terakhir di bumi ini.

Labels

Perasaanku (19) Sayang (14) Ujian (13) Semangat (7) Ukhuwah (5) Cerpen (1) Suka (1) Yasmin J Hunwick (1)