Memulai hari seperti kelmarin. Terbangun letih meski sedar masih ada pertarungan yang ditaruhkan. Terduduk ringkih sebab mimpi yang tidak tunai diraih.
Bayang-bayang bergelut hebat, terlalu mengharu dalam benak. Rindu dan segala nestapa serta renjana menyesakkan ruang yang tidak menyisakan ruang gerak.
Aku bahkan tidak selamat dalam akalku sendiri. Kini tampak musykil, dalam sangkal kamu akan membuatku menggigil dalam penyangkaran.
Orang-orang masih menanyakan tentang khabarmu melalui aku. Sangkut pautnya sudah tidak ada, tetapi masih lagi aku tempat namamu tersangkut.
Masih dianggap bahawa kita masih ada, sedang kita tidak lagi setumpuk lalu sebondong surut.
Lelah juga jika aku masih terjungkal balik dalam bayangmu bahkan saat kau bukan lagi mencari teduh padaku. Berat hendak mengatakan kalau kau bahagia saat aku pun tidak dengar gaung namamu.
Seseorang yang kau pilih, tak pernah kau nyatakan, tak pernah kau kisahkan. Kini, khabar itu datang begitu cepat, jauh lebih pantas dari yang pernah kubayangkan. Seolah waktu bersekongkol untuk meninggalkanku dalam tanya yang tak terjawab.
Betapa pahitnya menyedari, bahawa rencana yang dulu kurajut diam-diam, telah kau anyam bersama orang lain.
Aku melihatmu bukan hanya dengan mata, tapi juga dengan seluruh pemahaman yang ku punya.
Aku melihat bagaimana langkahmu kadang goyah, bagaimana hatimu berkali-kali terlipat dalam ragu.
Aku melihat bagaimana kau memegang luka itu dengan gementar, seperti menimbang-nimbang apakah harus kau genggam lebih erat atau lepaskan.
Inginnya aku menyapa kalian tapi apakan daya tanganku ini kadang terasa kaku untuk menitip tulisan.
Terima kasih kerana sudah bertahan sejauh ini. Di mana usia yang semakin kurang namun aku masih lagi belajar dari berbagai pengalaman hidup orang sekelilingku.
Bertahanlah sampai dimana nafas ini habis. Tetaplah ikut jalan yang telah tuhan takdirkan atas diriku.
Berilah aku kesabaran yang luas dan juga ikhlas. Sihatkanlah mentalku saat ini agar tetap menjadi waras.
Tidak semua perjalanan harus berakhir dengan pengakuan, tetapi setiap perjalanan pasti membawa pengajaran.
Ada kalanya kita berjalan jauh, berharap dapat menemukan jawapan atau mungkin penjelasan. Namun di hujung perjalanan, yang kita temukan adalah ketenangan. Bukan kerana semua pertanyaan terjawab, tetapi kerana kita belajar menerima bahawa tidak semua hal harus difahami.
Ada perjalanan yang membawa kita pada pertemuan, ada juga yang mengajarkan kita tentang keikhlasan dalam perpisahan. Ada perjalanan yang penuh tawa, ada yang dihiasi air mata. Namun pada akhirnya, setiap langkah selalu menyimpan pelbagai makna. Bahkan ketika kita tidak mendapat pengakuan atau validasi dari sesiapa pun, perjalanan itu tetap berharga kerana kita tmembesar dengannya.
Terkadang juga, pembelajaran hadir dalam bentuk yang sunyi. Yakni dalam doa-doa yang kita panjatkan di tengah malam, dalam self-talk yang jujur saat menata hati, atau dalam keputusan untuk melanjutkan hidup dengan lebih bijaksana.
Tetapi hidup bukanlah tentang membungkam setiap sangkaan atau menjelaskan diri kepada semua orang. Hidup adalah tentang terus memperbaiki diri. Bukan sibuk meluruskan setiap anggapan yang belum tentu berakar pada kebenaran.
Dan itu sudah cukup. Kita tidak selalu memerlukan pengakuan orang lain untuk membuktikan bahwa kita telah bergerak ke hadapan.
Kerana sejatinya, Tuhan selalu melihat setiap upaya, sekecil apa pun itu.
Jika kita di jalan yang benar, biarlah Tuhan yang menyatakan.
Jika kita salah, biarlah Tuhan yang menuntun kita untuk memperbaiki arah.
Sebab manusia mudah terpedaya oleh prasangka. Maka biarkan mereka dengan prasangkanya dan kita dengan kebenaran yang kita pegang. Sesungguhnya yang lebih berharga dari penilaian manusia adalah pandangan Tuhan ke atas diri kita.
Maka, berjalanlah.
Dengan atau tanpa tepuk tangan, dengan atau tanpa pengakuan.
Sebab di setiap perjalanan, ada bahagian dari diri kita yang menjadi lebih kuat, lebih lembut, dan lebih memahami makna syukur.