Home Tutorial Hunwick?Profix
Tulis Dari Hati, Baru Dapat Menyentuh Hati

Sunday, April 7, 2024

Sembunyi

 


Orang-orang disekelilingku mulai ramai yang menanyakan nama. Entah tersebar khabar yang seperti apa. Sampai aku dibuat hairan. Kenapa sampai sejauh itu mereka ingin mengetahui. Padahal tidak ada apapun tentang perkara itu yang pernah aku ceritakan dengan mereka.

Di tempat lain, juga ada beberapa yang mulai bertanya tentang "siapa". 
Dari yang sekadar berbisik, sampai yang bertanya terang-terangan. Meski pada akhirnya mereka semua memasang wajah kecewa. Kerana semua selalu aku jawab sama, "Belum ada".

Di laman sosial media dan beberapa group whatsaap, ternyata tidak banyak yang berbeza.
Aku hanya menanggapi semuanya sama seperti sebelum-sebelumnya.
Aku menyendiri sejenak, sedikit memikirkan kenapa sekelilingku boleh menjadi sebegitu riuh.

Sejauh yang aku ingat, tidak pernah aku menyebutkan namamu di sebarangan tempat. Sekalipun itu hanya dalam bualan ringan. Juga hampir tidak pernah ada nama, dan munculnya komenmu dari sekian banyak perkara yang aku pernah tuliskan. Meski aku tidak menampik, beberapa hal yang aku tuliskan memang masih tentang bagaimana aku melihatmu. Tapi sudah aku tata sedemikian rupa agar tidak ada yang mampu meneka. Bahkan teman-teman terdekatku sekalipun.



Aku rasa lebih baik seperti ini.

Kamu aman tersembunyi tanpa perlu ada seorang pun yang tahu, tanpa perlu aku panjang lebar mengarang cerita, tanpa perlu aku menjelaskan sekian puluh kali dari mana kisah kita dimulai. Sengaja namamu aku sembunyikan dalam-dalam, kerana aku mengerti kalau kamu akan merasa sangat tidak selesa jika nanti kamu menjadi bahan pembicaraan ramai orang.

Lebih baik seperti ini, tidak ada yang perlu tahu siapa namamu, panggilanmu, pendidikanmu, kegiatanmu dan hal-hal lain yang mungkin akan membuatmu tidak selesa jika tiba-tiba ramai orang lain datang dalam keseharianmu hanya untuk mencari tahu. Setidaknya untuk saat ini, sampai beberapa titik yang sudah ada dalam rencana. Sehingga kamu tidak perlu khawatir kalau tersembunyinya dirimu ini akan selamanya.

Alam semesta adalah tentang khabar. Khabar tentang datang dan pergi, suka dan duka, gembira dan peringatan. Tentang pergi adalah pulang. Semoga kelak ketika Allah memanggil kita pulang, kita pulang dalam keadaan terbaik, diwaktu terbaik, sebagaimana Allah memanggil orang-orang terbaikNya.

Semoga kelak aku dipertemukan dengan seseorang yang sama-sama lelah mencari, sama-sama ingin menetap, sama-sama mahu berjuang, sama-sama mahu bertahan pada satu pilihan dan sama-sama takut kehilangan.

Aku tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyakinkanmu mengenai perasaanku ini. Namun aku bisa saja memperjuangkannya jika kau bersedia membuka hatimu, menguatkanku, dan menemani aku melangkah.



Malam terasa sunyi. Untuk kita yang tidak punya tempat cerita.
Pada akhirnya, aku lebih memilih untuk diam dan tidak menceritakan kepada siapa-siapa.

Rasanya pasti tidak menyenangkan, kan?

Memendam semua perasaan itu seorang diri. Aku pernah mempunyai seorang teman. Katanya aku boleh menceritakan segala yang aku ingin ceritakan. Namun setelah aku ceritakan apa yang aku hadapi, aku luahkan apa yang aku lewati, mengadu keluh dan kesahku, segalanya berubah. Dia pergi meninggalkan aku. 

Sejak dari saat itu, aku sedar bahawa manusia itu makhluk yang lemah. Lalu aku memutuskan untuk tidak lagi mencari telinga dari manusia. Manusia itu boleh berubah menjadi bosan. Bosan mendengar ceritaku. Bosan mendengar keluh kesahku. Tapi Tuhan itu tidak begitu.

Bukan bererti tuhan tidak sayang. Sebab sayang lah kau mengalami perkara ini lagi. Tuhan itu mahu kau lebih mendekat padaNya lagi.

Barangkali seperti itu lah cara Tuhan mencintai hambaNya. Seperti itu lah cara Tuhan melatih hambaNya agar menjadi manusia yang tegap dan kukuh. tetaplah berbaik sangka kepadaNya. Kerna walau apa pun yang terjadi, pasti ada hikmah yang tersembunyi.

Tidak sampai disini sahaja. Setelah ini, kau akan diuji oleh tulisanmu sendiri.
Maka dari itu, persiapkan diri. 

Wahai aku.

Thursday, December 14, 2023

Ubat



Setiap luka itu mencari karmanya yang tersendiri.
Entah hari ini atau nanti.
Entah cepat atau lambat.

Aku sudah berulang kali mencuba membuka dan mengubati hati, tetapi lupa adalah suatu perkara yang sukar untuk aku usahakan. Memandangmu, bertemu denganmu, berbicara denganmu seolah membiarkan rakaman lama terulang kembali lalu terbiasa dengan rasa sakitnya. 

Aku diam. Diam menjadi kalimat yang panjang namun tak pernah didengar oleh sesiapapun.
Diam menjadi titik terlelahku dalam percaya, membiarkanmu bersikap tanpa pernah ada teguran untuk membuatmu tetap lurus dalam jalannya. Jujur saja aku sudah tidak peduli.

Selalu ada tempat untuk hati yang tepat, namun hati itu hanya untuk singgah bukan untuk sungguh.
Kalau kau tak bersungguh, maka jangan singgah.

Demi tuhan rasa sakit yang amat dahsyat itu tidak datang dari musuh kau melainkan dari orang yang amat dekat dengan hati kau.

Aku masih meraba apakah erti hati yang luas yang dimiliki seseorang. Mungkin kamu menjadi salah satu guru dalam kehidupanku yang sedang mengajarkannya, tapi ternyata aku memerlukan waktu yang lama. 
Jangan membandingkan kerana setiap orang, memiliki waktu yang berbeza dalam mempelajarinya. 

Ketika nanti kau memberikan ruang untuk singgah dan mengizinkanku untuk menetap, aku akan menjadikan dirimu wanita terakhir di hidupku. Akan aku temani kau melangkah dan aku bersedia memapah saat langkah kakimu tersaruk-saruk menuju impian indah yang ingin kau wujudkan.




Aku tak pernah sedia untuk kehilangan sesuatu. Sampai tuhan yang membuat aku sedia untuk belajar merelakan apa yang tidak digariskan untuk diriku, untuk ceritaku, dan untuk sekeping dari besarnya doaku.

Dan tuhan membuat aku mempersiapkan doa-doa lain yang terdengar lebih indah.

Dulu, kamu ada seorang yang aku semogakan.
Dulu, namamu ada di antara bait-bait doa yang aku panjatkan.
Dulu, kamu selalu ada menerpa dalam fikiran aku sehari hari.

Mengharapkanmu menjadi semoga yang terus aku ulang dan ulang.

Tapi kini, tiada lagi harap itu.
Tiada lagi namamu dalam setiap ingin dan anganku.
Tiada lagi namamu di celah-celah doa yang ku pinta.

Ada tersisa semoga, yang masih aku panjatkan.
Namun bukan lagi semoga yang dulu, tapi semoga kebaikan atas jalan kita masing-masing.

Tuhan, aku pernah dipatahkan oleh seseorang yang sejatinya ingin aku jadikan teman hidup. 
Namun sekali lagi, pada siapa aku jatuh hati, takdir-Mu lah yang menentukan dengan siapa aku bersanding dipelaminan nanti. 
Aku punya harapan, namun lagi-lagi Kau yang menentukan. 

Maka sejak saat itu, perihal jodoh, hidup dan mati, aku pasrahkan segalanya kepada Engkau Sang Ilahi.




Jika nanti aku pergi, ketahuilah bahawa kamu pernah menjadi sosok yang ada dibalik setiap tulisan-tulisan yang pernah aku tuliskan.

Mereka adalah pengingat bahawa dalam hidup yang singkat ini, aku pernah mencintaimu begitu sangat.
Namun aku tidak akan pernah bisa melawan seorang yang jauh lebih berusia dan berpengalaman.
Aku tidak akan pernah menang melawan keraguan dan ketakutan dalam diriku.

Bagaimana seorang manusia yang baru setahun jagung mampu mengalahkan seorang yang bertahun lebih awal mengenal asam garam kehidupan?

Sungguh aku tidak dapat menyembuhkan luka ini sendirian.
Setiap kali aku harus menatapmu, setiap kali itu juga aku selalu teringat semua yang kau lakukan dengan sempurna. Sayang sekali bakat mahirmu itu kau gunakan untuk melukai diriku.

Aku tak pernah baik-baik saja. 
Sementara orang yang selama ini aku fikir baik telah pergi bersama orang yang lebih baik. Mungkin aku tidak lebih baik, tetapi aku akan selalu menjadi lebih baik dari diriku yang tak baik.

Kurasa kau juga harus memahami, bilapun juga aku boleh berhenti dan menutup hati. Menyerah kerana sudah kepalang lelah.

Sesekali, fikirkanlah perasaanku. Sesekali, selamilah aku dari hati.

Sesekali, aku ingin kau menjadi aku.

Labels

Perasaanku (19) Sayang (13) Ujian (12) Semangat (6) Ukhuwah (5) Cerpen (1) Suka (1) Yasmin J Hunwick (1)